twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Rabu, 04 Juli 2012

Barry Prima



Barry Prima lahir di Bandung pada tahun 1955, dengan nama Hubertus Knoch. Barry merupakan putra seorang dokter keturunan Belanda yang cukup dikenal di Bandung. Ia merupakan aktor laga paling populer di era 80an, dan hampir selalu memerankan peran jagoan di film-film yang dibintanginya.  Advent Bangun seringkali ditampuk sebagai lawan tangguh yang  mendampinginya.

Barry Prima memulai karirnya pada tahun 1978 dalam film Primitif. Film produksi Rapi Films dan disutradarai oleh Sisworo Gautama Putra ini bercerita tentang sekelompok mahasiswa antropologi dan pemandu mereka yang terjebak kawanan kanibal di hutan rimba tak dikenal.

 Film selanjutnya masih merupakan film garapan Sisworo Gautama Putra yaitu Srigala (1981) yang diperan-utamai oleh Lydia Kandou dan  Jaka Sembung (1981). Di film silat garapan Sisworo Gautama Putra ini, Barry memerankan Jaka Sembung, seorang tokoh jagoan penentang kompeni. Cerita Jaka Sembung ini berasal dari komik populer karya Djair dengan judul yang sama.  Film ini sangat laris dan berhasil diedarkan keluar negri. Film ini dikenal di luar negri dengan judul The Warrior dan sampai saat ini merupakan salah satu film cult paling favorit dari Indonesia. Beberapa sekuelnya sempat dibuat kemudian oleh Rapi Films, yaitu Bajing Ireng dan Jaka Sembung (1983) dan Si Buta lawan Jaka Sembung (1983). Bajing Ireng dan Jaka Sembung sempat dinominasikan dalam FFI (Festival Film Indonesia) untuk Peran Pembantu Terbaik (El Manik) dan Editing.  Sebuah sekuel lain dengan mutu di bawahnya beredar beberapa tahun kemudian dengan judul Jaka Sembung dan Dewi Samudra (1990, produksi Andalas Kencana).



 Lawan main Barry Prima di film Jaka Sembung adalah Eva Arnaz, yang kelak sempat menjadi istrinya di dunia nyata. Mereka kemudian tampil berpasangan di film-film aksi produksi Parkit Film seperti Membakar Matahari (Arizal, 1981), Serbuan Halilintar (Arizal, 1982) dan Perempuan Bergairah (Jopi Burnama, 1982). Film yang terakhir dikenal di luar negri sebagai Ferocious Female Freedom Fighters. Mereka berdua juga tampil dalam film yang diangkat dari karya Djair, Bergola Ijo (Arizal, 1984) yang diproduksi oleh Virgo Putra Film.

Barry juga sempat turut dalam film-film horor terkenal karya Sisworo Gautama Putra yang diperan-utamai oleh Suzanna, yaitu Nyi Blorong (1982) dan Sundel Bolong (1982). Ia juga turut dalam film perjuangan karya Imam Tantowi, yaitu Pasukan Berani Mati yang diperankan oleh banyak aktor/aktris top Indonesia pada saat itu.

 Pada tahun 1984 Barry Prima tampil bersama Advent Bangun dalam film Golok Setan (The Devil’s Sword) yang disutradarai oleh Ratno Timoer, yang terkenal sebagai pemeran Si Buta Dari Goa Hantu. Ceritanya berasal dari komik karya Man dan skenarionya ditulis oleh Imam Tantowi. Film ini termasuk “aneh”, karena di dalamnya terdapat pertarungan antara Barry dengan Manusia Buaya yang didukung oleh special effect yang masih bertaraf rendah. Namun film ini berhasil dijual ke luar negri dan menjadi salah satu film cult yang populer dari Indonesia. Bahkan filmnya yang telah didubbing ke dalam bahasa Inggris diremaster dan diedarkan dalam bentuk DVD di Amerika Serikat. Beberapa tahun kemudian Barry kembali berperan sebagai Mandala dalam film Mandala Dari Sungai Ular (1987) dan Mandala Penakluk Satria Tar Tar (1988).

 Keberhasilan Rapi Films menjual film-film produksi mereka ke luar negri, akhirnya mendorong mereka membuat film dengan sebagian crew dan pemain dari luar negri. Tujuannya jelas agar lebih laku dijual di luar negri. Mereka sempat mengundang Chris Mitchum (putra aktor terkenal AS Robert Mitchum) yang sempat populer di tahun 70an dengan filmnya yang diperankan bersama Olivia Hussey, yaitu Summertime Killer. Chris Mitchum disandingkan bersama Barry dalam film Menentang Maut. Film ini diedarkan di luar negri sebagai No Time To Die. Yang menjadi peran-utama di film ini adalah John Phillip Law (salah satu pemeran Sinbad) dan Chris Mitchum.

 Beberapa filmnya kemudian yang masih cukup terkenal adalah film-film yang disutradarai oleh Imam Tantowi, seperti Carok (1985) dan Menumpas Teroris (1986). Film Carok mendapatkan nominasi Pemeran Pembantu Pria Terbaik FFI untuk El Manik.

Film-film selanjutnya masih bertema aksi, antara lain Residivis, Siluman Srigala Putih, Kelabang Seribu, Si Rawing, Tarzan Raja Rimba, Jampang. Barry juga tampil dalam sekuel film Pandji Tengkorak (A Haris, 1971), yaitu Walet Merah (1993) yang disutradarai oleh SA Karim.


Film-filmnya semakin merosot mutunya sejalan dengan terpuruknya film Indonesia di tahun 90an. Namanya tidak terdengar lagi sampai awal pertengahan 2000an, ketika Barry Prima tiba-tiba tampil dalam serial TV Jaka Tanding. Namun gemanya tidak terasa, karena serial ini tidak begitu terdengar.

 Yang menjadi titik balik adalah penampilannya sebagai seorang supir taksi dalam film populer Janji Joni di tahun 2005. Film ini adalah debut awal penyutradaraan dari Joko Anwar, seorang kritikus film yang sebelumnya dikenal sebagai penulis skenario film Arisan! (Nia Dinata, 2004). Film ini sukses dalam peredarannya dan Barry dinominasikan sebagai Pemeran Pembantu Pria Favorit oleh MTV Indonesia Movie Awards.

Setelah itu Barry ikut dalam serial di TPI, Emak Gue Jagoan, yang diperan-utamai oleh Nicky Astria, lady rocker dari Bandung. Serial ini merupakan pemenang Sinetron Laga dan Misteri Terpuji dari Festival Film Bandung.  Dalam salah satu episodenya Engkong Kite Jaka Sembung, diceritakan bahwa Nicky Astria yang berperan sebagai Emak dan Abah (Gito Gilas) dikaruniai dua anak, Hanafi dan Fatimah. Kedua anak ini berlibur ke rumah kakek nenek mereka. Sang Engkong diperankan oleh Barry Prima. Ceritanya saat itu sedang bulan puasa. Hanafi dan Fatimah bermimpi sama, yaitu mereka masuk ke masanya Jaka Sembung. Disana mereka bertemu Jaka Sembung yang tentu saja berwajah sama dengan Engkong mereka. Tak heran, jika Hanafi dan Fatimah ngotot kalau Jaka Sembung itu engkong mereka.

Yang paling mengejutkan adalah penampilan Barry di film Realita, Cinta dan Rock ‘n Roll (Upi Avianto, 2006). Di dalam film ini, Barry berperan sebagai ayah transeksual. Film ini juga merupakan debut dari Nadine Chandrawinata.

Barry Prima juga tampil dalam film Koper (Richard Oh, 2006) dan sebuah film horor yang disutradarai Stephen Odang dan Rico Bradley berjudul Enam (2007).


FILMOGRAFI


Primitif (1978)

Cewek Jagoan Beraksi Kembali (1981)

Srigala (1981)

Jaka Sembung (1981)

Membakar Matahari (1981)

Sundel Bolong (1982)

Serbuan Halilintar (1982)

Pasukan Berani Mati (1982)

Nyi Blorong (1982)

Perempuan Bergairah (1982)

Perhitungan Terakhir (1982)

Bergola Ijo (1983)

Bajing Ireng dan Jaka Sembung (1983)

Si Buta lawan Jaka Sembung (1983)

Nyi Ageng Ratu Pemikat (1983)

Golok Setan (1984)

Menentang Maut (1984)

Gadis Berwajah Seribu (1984)

Noda X (1984)

Residivis (1985)

Ratu Sakti Calon Arang (1985)

Putri Duyung (1985)

Komando Samber Nyawa (1985)

Darah Perjaka (1985)

Carok (1985)

Kesan Pertama (1985)

Menumpas Teroris (1986)

Sengatan Kobra (1986)

Yang Perkasa (1986)

Kelabang Seribu (1987)

Malaikat Bayangan (1987)

Pendekar Bukit Tengkorak (1987)

Mandala Dari Sungai Ular (1987)

Siluman Srigala Putih (1987)

Mandala Penakluk Satria Tar Tar (1988)

Pendekar Ksatria (1988)

Pertarungan Iblis Merah (1988)

Siluman Kera (1988)

Jampang (1989)

Jurus Dewa Naga (1989)

Pancasona (1989)

Tarzan Raja Rimba (1989)

Jaka Sembung dan Dewi Samudra (1990)

Jaka Tuak (1990)

Jampang II (1990)

Rajawali Dari Utara (1990)

Tarzan Penunggu Harta Karun (1990)

Kamandaka (1991)

Prabu Anglingdarma II (1992)

Pedang Ulung (1993)

Perawan Lembah Wilis (1993)

Si Rawing II Pilih Tanding (1993)

Walet Merah (1993)

Jurus Dewa Kobra (1994)

Macho (1994)

Prabu Anglingdarma III (1994)

Macho 2 (1995)

Panther (1995)

Jaringan Tabu (1996)

Membakar Gairah (1996)

Gairah Membara (1998)

Nafsu Membara (1998)

Permainan Membara (1998)

Menentang Nafsu (1999)

Janji Joni (2005)

Realita, Cinta dan Rock ‘n Roll (2006)

Koper (2006)

Enam (2007)

Film serial TV:

Jaka Tanding

Emak Gue Jagoan (2006)

pengalaman sutradara muda Upi Avianto tentang Barry Prima

Begini ceritanya, seorang aktor tengah diincarnya untuk memerankan salah satu karakter dalam film keduanya,  Realita Cinta dan Rock n’ Roll. Karakternya unik: Seorang pria transeksual. Maka kriteria tokoh pun  dipatok Upi. Katanya, si pria haruslah berbadan kekar, tegap, gagah dan garis wajah yang tegas.  “Usianya kira-kira 50 tahunan,” ucapnya di Jakarta, belum lama ini.

Bingung mencari, seorang teman lalu menyodorkan nama Barry Prima. Klop! Upi langsung menganggukkan  kepalanya, tanda setuju. Tapi ketakutan langsung saja menyergapnya. Ia khawatir tawaran itu justru bakal menyinggungnya.

Benar saja, saat hendak menemui Barry Prima di Bandung, Upi memilih ditemani teman-temannya. “Bukan grogi tapi takut digebuk. Serius! Aku bilang sama temanku, ok, tapi aku minta ditemenin. Jangan sampai tiba-tiba dia tersinggung terus gebuk aku,” kenangnya.

Untung saja, Barry mau menerimanya. “Dia suka dengan skenarionya dan akhirnya mau,” kenangnya lagi. Kejadian itu memang sudah cukup lama, ketika ia hendak memulai menggarap film keduanya itu.

Setelah syuting berjalan, dugaan Upi terhadapnya justru sebaliknya. Barry, terang Upi, adalah sosok aktor yang hebat. “Dia paling nurut. Meski awalnya masih kelihatan egonya sebagai aktor senior. Tapi dia hebat. Apapun (adegan) yang dia mau, selalu dia dapatkan,” puji ibu satu anak itu.

Yang bikin Upi salut, justru karena sikap profesional  yang ditunjukkan Barry. Demi menyelami karakter yang diperankannya, Barry langsung berlatih bagaimana caranya  mengenakan sepatu hak tinggi. Bahkan, sampai latihan dansa segala.

Hasilnya? Memang mengejutkan. Dalam film yang akan dirilis 2 Februari mendatang itu, Barry mampu mengubah pandangan orang, bahwa  ia juga cukup  mampu bermain film tak hanya mengandalkan aksi bela dirinya. Dan, Upi pun pantas bungah untuk itu.



terkait

4 komentar:

  1. Diantara film Barry yang sangat aku suka sampai sekarang adalah yang berjudul PREMAN. Film yang dibintangi bersama Ayu ashary dan Mila karmila

    BalasHapus
  2. Si jampang..dari kecil ampe tua gini..ga da bosennye aye nonton...
    adegannya gak kalah ma film jaman sekarang....hehehe

    BalasHapus
  3. klu ak sih suka semua film barry prima

    BalasHapus
  4. Aku suka semua film om barry prima film ,y bagus" apalagi lau sma Eva arnaz.

    BalasHapus

Komentar anda sangat berharga bagi saya..yang segan silahkan berkomentar !