twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Minggu, 08 Juli 2012

Hercules preman Tanah abang 2


VIVAnews - Hercules Rosario Marshal atau Hercules, atau akrab dipanggil Maung oleh orang-orang dekatnya, tak bisa dipisahkan dari kawasan Tanah Abang. Lelaki berusia 45 tahun itu dikenal sebagai jagoan di kawasan "keras" itu.
Setelah polisi menangkap John Kei dengan tuduhan kasus pembunuhan Direktur Utama PT Sanex Steel Indonesia dua pekan lalu, nama Hercules kembali dilirik media. Meski kasus John Kei yang juga dikenal jagoan itu tak ada kaitan dengan dia, Hercules dikenal akrab dengan dunia keras itu.
Bersama kelompoknya, lelaki asal Timor Leste itu, malang melintang di Tanah Abang. Meski bertubuh kurus, Hercules berpenampilan sangar. Apalagi tangan kanannya sebatas siku palsu, begitu juga mata kanannya. Dia seperti menyimpan cerita hidup yang tak ramah.
Sebelum masuk ke Tanah Abang di akhir 90an, atau pasca konflik referendum di Timor Leste, Hercules yang pro NKRI mengalami luka serius. Dia menjalani pengobatan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, dan lalu ditempatkan di Pusat Rehabilitasi Cacat Dephankam.

Saat berbincang dengan reporter VIVAnews Dwifantya Aquina dua pekan lalu, Hercules menceritakan perjalanan hidupnya. Dia masuk ke daerah Bongkaran, sebutan lain Tanah Abang, setelah kelar pendidikan keterampilan di pusat rehabilitasi cacat. Hercules pun membentuk kelompok di Tanah Abang, dengan merangkul banyak suku. "Semua suku ada," katanya.
Berikut petikan wawancara itu:

Bisa diceritakan kegiatan Anda sekarang?

Saya aktif sebagai Ketua Umum Gerakan Rakyat Indonesia Baru (GRIB). Pak Prabowo Subianto (mantan Danjen Kopassus dan pendiri Partai Gerindra) sebagai ketua dewan pembinanya.

Pembentukan GRIB apa atas usulan Prabowo?


Tidak. Beliau tidak mendorong apalagi memerintah. Ini dari hati saya sendiri. Selama saya hidup ini banyak berbuat dosa. Sekarang nama saya sudah menjadi besar, saya sudah masuk ke dunia bisnis, kepentingan untuk keluarga, dan orang yang membutuhkan. Saya terpanggil membantu orang-orang tidak mampu.

Apa tujuannya membentuk organisasi ini?

Awalnya karena saya sering bikin bakti sosial keliling Indonesia. Bencana alam di mana-mana, dan pasti saya kirim bantuan. Kalau ada peristiwa kebakaran di Jakarta saya selalu hadir disamping mereka yang menjadi korban.

Bantuan apa yang Anda berikan?

Bantuan yang mereka butuhkan, seperti baju, susu, buku tulis, beras, mie instant, makanan, selalu kita berikan. Tapi dulu tanpa wadah organisasi.
Baru kemudian teman-teman mengajak membuat organisasi. Berawal saat saya membantu korban kebakaran di Tanah Abang.

Lalu membentuk organisasi GRIB itu?

Saya pikir iya juga sih, cuma saya masih ragu. Karena namanya organisasi di Jakarta ini, kebanyakan disalahgunakan untuk membuat kegiatan yang mengganggu ketertiban masyarakat, karena punya massa.

Jadi saya masih ragu. Tapi mereka meyakinkan, organisasi itu tergantung dari pada manusianya. Ibaratnya kendaraan itu tergantung dari sopirnya. Kalau dipakai untuk menabrak, ya nabrak. Tapi kalau dipakai kebaikan ya terjadilah kebaikan.

Bagamana pembentukannya?

Setelah saya setuju dan melakukan musyarawah baru mulai dibentuk. Begitu terbentuk, anggotanya cukup besar, dan sampai sekarang sudah 17 ribu orang. Padahal baru 6 bulan terbentuk.

Sekarang ini kita bergerak untuk bakti sosial, dan bantu korban kebakaran di Tambora, santuan kemanusiaan untuk yatim piatu dan kaum dhuafa di Bogor, ke Pasar Baru, setelah itu akan ke Jakarta Selatan.

Kenapa tiba-tiba melakukan itu?

Kenapa saya terpanggil seperti itu, karena selama saya hidup ini sudah banyak dosa yang saya perbuat. Sekarang kalau memang saya mampu membantu sesama yang membutuhkan kenapa tidak. Kadang saya dapat satu, dua karung beras dari saya mengemis kepada teman-teman yang kenal pakai nama besar saya, dan untuk saya berikan kepada yang membutuhkan.

Kadang orang-orang yang mampu itu melihat orang kotor, susah, menurunkan kaca saja tidak mau. Sehingga saya memanfaatkan nama besar saya, untuk mengemis kepada teman-teman saya yang pengusaha. Saya bilang 'Kau bantu saya, untuk kepentingan saudara-saudara yang membutuhkan.' Tapi saya mengemis pakai nama besar saya, Hercules, yang identik mantan preman Tanah Abang.

Lalu bagaimana pengembangannya?

Saya sudah bicara kemana-mana tentang organisasi ini untuk tujuan sosial. Bukan untuk mencari uang. Nanti deklarasinya Mei 2012, dan akan dihadiri 20 ribu anggota saya.

Saya sudah sepakat dengan teman-teman di organisasi ini untuk tidak memanfaatkan demi uang. Apalagi untuk kerjaan lain pakai atribut organisasi ini. Begitupula saya. Karena ini menyangkut kepentingan sosial untuk masyarakat.

Selain sosial apakah aktif di bidang lain?

Saya juga peduli pada dunia pendidikan. Awalnya saat itu sekitar 2004, saat Saint Mary kolaps dan bangkrut, dan sempat mau diambil sama tukang tipu, rampok.

Saya pertahankan, bayar karyawan dan dosen yang gajinya sudah tidak dibayar enam bulan. Saya ambil alih. Sampai sekarang sudah 7 tahun, dan berjalan baik. Kemarin baru ulang tahun ke 20 sekian, saya hadirkan kaum dhuafa sekitar 1.000 orang dan yatim piatu 500 orang.

Jadi hanya berorganisasi saja sekarang?

Tidak, tapi saya sekarang juga sudah merambah dunia bisnis, sudah punya karyawan lebih dari ratusan orang. Saya gaji mereka, bayar pajak ke negara, identitas dan bisnisnya jelas, tapi masih kelas teri lah. Saya tak pernah telat membayar gaji karyawan. Itu yang saya terapkan dalam bisnis saya.

Bisnis apa?

Saya bisnis perikanan, punya kapal, sekolah, saya punya bisnis juga bergabung dengan bos-bos untuk main properti. Kantor kita di Menara Rajawali. Walaupun bisnis kecil-kecilan, bisa biayai anak sekolah, kepentingan dapur, untuk bantu orang yang membutuhkan juga.

Ada cita-cita buat sekolah lagi?

Keinginan buat sekolah ada, tapi harus dilihat kita mampu atau tidak. Bikin sekolah kan harus mengikuti kemampuan kita. Sekolah itu dilihat dari salah satu sisi memang bisnis, tapi tak bisa dipungkiri sosial juga.

Saya ini kan bukan orang kaya, apalagi berpendidikan. Meski selama ini saya dikenal sebagai Hercules preman Tanah Abang, tapi saya sangat peduli pada pendidikan.

Anak-anak saya sekolah di pendidikan internasional semua. Saya punya dua putri, dua putra. Anak saya bisa bahasa Inggris, Mandarin.
Allah itu baik, siapa tahu dikasih jalan, ada orang baik, investor, pengusaha, mengajak mengelola sama-sama. Tapi kan orang masih lihat Hercules ini bener atau tidak.

Pandangan Anda soal penegakan hukum saat ini?

Hukum sekarang kita lihat bagi orang kaya itu tumpul. Kalau melanggar hukum, punya uang banyak, tetap bisa goyang-goyang kepala. Kalau ingin merampok hak orang miskin, bisa pakai oknum-oknum aparat, kekuatan preman, untuk merampas hak orang miskin. Saya preman, tapi kalau untuk yang seperti itu tidak.

Bisa berikan tanggapan mengenai desakan pembubaran Ormas yang dianggap mengganggu ketertiban?

Kalau dibubarkan salah. Organisasi itu kan dari masyarakat untuk mempersatukan semua suku. Negara ini negara hukum, ada kepolisian, kejaksaan, pemerintah. Polisi itu untuk mengamankan masyarakat. Kalau organisasi yang punya massa dipakai melakukan tindakan anarkis, tidak tentram Jakarta, polisi perlu bertanggungjawab akan hal itu. Harus bertindak mengamankan masyarakat.

Organisasi apapun yang merugikan masyarakat. Tangkap, tindak kalau melanggar hukum, jangan main-main. Pantas dibubarkan kalau melanggar hukum. Tapi kalau organisasi yang untuk kebaikan, tidak bisa dibubarkan, seperti untuk kegiatan bakti sosial.

Maka dari itu tidak bisa disamaratakan. Kalau organisasi bikin kesalahan fatal mengganggu ketenangan orang, pertama, kedua, yang ketiga, kalau terus begitu tangkap masukkan penjara. Kalau pemerintah bilang bubarkan semua, itu salah.

Bagaimana tanggapan Anda soal penangkapan John Kei?

Saya melihat saudara John Kei, saya tidak menuduh, saya sebenarnya juga tak pantas bicara itu, tetapi begitu terjadi pembunuhan itu kita tahu pelaku-pelaku sudah diserahkan ke Polda.
Tapi berdasarkan hasil olah TKP dan keterangan, juga rekaman CCTV di hotel, di situ ada saudara John Kei bersama-sama anak buahnya. Terlihat semua di rekaman, bagaimana dia datang. Masuknya bareng, ke kamar bareng, lalu terjadi pembunuhan itu.

Barangkali ada otak dibalik ini. Polisi tetap menindaklanjuti, mungkin sudah menemukan bukti yang cukup kuat sehingga dilakukan penggerebekan terhadap saudara John Kei.

Bagaimana sebenarnya hubungan Anda dengan John Kei dan kelompoknya?

Saya kenal baik, dia teman saya. Kami masing-masing punya jalur, punya grup. Mereka punya jalur lain, kita juga punya grup lain. Saya cukup dekat, kadang kami jumpa. Tapi jalurnya berbeda, koridor dan pilihannya masing-masing. Jalur dan strategi mengatur anggota dan adik-adiknya berbeda.

Dulu ada Sangaji, John Kei dan Anda sendiri. Hubungan antar kelompok pasca tak ada kelompok Sangaji bagaimana?

Semua suku ada di kelompok ini. Tidak akan bersih dari peristiwa-peristiwa, jasa-jasa, dan tradisinya macam-macam. Ini kembali kepada hukumnya, kalau tidak boleh pakai jasa debt collector, polisi harus bertindak, tahan orang yang berhutang itu, jadi tidak pakai tangan orang lain, sehingga menimbulkan dampak-dampak.

Apa benar John Kei dan kelompoknya hanya melayani penagihan hutang di atas Rp500 juta? Siapa saja pengguna jasanya?

Ya itu namanya pekerjaan. Karena jasa itu kan pekerjaannya itu, tanpa ada itu mereka tak bisa bekerja. Tidak akan mungkin lepas dari itu. Dikasih order Rp500 juta dia jalan, Rp200 juta dia jalan. Yang penting jelas, benar orang itu berhutang kepada klien, lalu dikasih sekian persen. Kalau misalnya Rp200 juta dikasih 10 persen, dapatnya ya segitu. Atau 20 persen.


terkait

1 komentar:

Komentar anda sangat berharga bagi saya..yang segan silahkan berkomentar !